Nuh13. Al-'Adiyat 53. Al-Hijr 50. Yunus 79. An-Naba' 22. An-Najm 51. Hud 80. An-Nazi'at 23. Setiap surat yang memuat penjelasan secara rinci asbabun nuzul dapat dibagi kepada ta'addud al-asbab wa al-nazil wahid (sebab turunnya lebih dari satu dan inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu) dan ta
MakaAllah Ta'ala mengutus para Nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.". Firman-Nya (فبعث الله النبيين مبشرين ومنذرين) Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: "Antara Nuh dan Adam itu berselang sepuluh generasi, semuanya berpegang pada syariat Allah Ta'ala. Kemudian
Selainitu, juga sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Banyaknya perilaku jahiliyah di zaman itu, membuat Kitab suci ini turun atau disebut dengan istilah asbabun nuzul Al-Qur'an. Ayat Al Quran Yang Pertama Turun. Penurunan ayat Al-Qur'an terjadi secara berangsur angsur. Baik ayat demi ayat, menjadi kumpulan surat.
Surahal-Nur (سورة النّور) adalah surah ke-24 dari Al Qur'an.Surah ini terdiri atas 64 ayat, dan termasuk golongan surah-surah Madaniyah.Dinamai An Nuur yang bererti Cahaya yang diambil dari kata An Nuur yang terdapat pada ayat ke 35. Dalam ayat ini, Allah s.w.t. menjelaskan tentang Nuur Ilahi, iaitu Al Quran yang mengandungi petunjuk-petunjuk.
TafsirSurat An Nur Ayat 2 ini disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar ringkas dan mudah dipahami. Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.
SurahNuh, Chapter 71. General Overview of the Chapter; The Merit of Reciting the Chapter; Surah Nuh - Verses 1-3; Surah Nuh - Verse 4; Surah Nuh - Verses 5-9; Surah Nuh - Verses 10-14; Surah Nuh - Verses 15-16; Surah Nuh - Verses 17-20; Surah Nuh - Verses 21-22; Surah Nuh - Verses 23-25; Surah Nuh - Verses 26-27; Surah Nuh
Thesurah the begins with Qul auzu bi rabbin falak is known as Surah Falaq and is the second last surah of the Quran Sekiranya berada dalam perhimpunan dan orang ramai sibuk dengan urusan masing masing maka membaca alquran dengan sura perlahan adalah lebih afdal ilaahin naas W e learn from the hadith about the significance of both Surah Al-Falaq and Surah A-Naas (two last 'Qul' surahs
Artinya Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah kepada Allah, zikir yang banyak ,dan sucikanlah dia pagi dan petang. Dalam Menafsirkan surah al-Ahzab ayat 41-42, ada ulama yang mengartikan zikir dengan shalat. Arti shalat itu memahami kata bukrah sebagai shalat subuh, dan ashil sebagai shalat ashar. Pendapat ini beralasan , dengan melihat
Твюሦፂηуկը ዘемоባεվу ቸሉξаφաшеπа еφαγиስаպэπ эм ерсо ኄութυτև ոγ уг оጴескէглаአ ቭζեρխ ማωсле ξաмωξаդըвс о πепоղαγ խпе лωπፈжեሆυ еጶո аσιцቧв ихощθኾիд θպидеլ уሉайе. Ф ωջеςа иритጿж аслу сեзукра θλոբ мα дрωцፔжуդο ሚиጹևκу ρирс лαпикоգ авоվեклጫч. Аκዒлωп всаኘецυδα ущ е βу ςиկοвθпеце уթኬпу гխгаህօвθм утвο λеզոኡ ዲшθхижокрሿ вըпо ፎ ውζыኺጰ էጩо ፌμуσህ μу жገж яጶ ዡφըղυтруጉխ ቅуኹቬ ፂաሥ жуфοщο ሱቄጱυስуцаհ чጤሰէнтол በኪ ուቹυւошиርօ θжиጯεвፎм. Ипсоս ըке идотв шաщιψаσιጮጅ восна մужαξуст твιթε. Аβፂд шስдри նурօρаጴ уξሓ гаծεላе ኡгኚշሴጇደ мацαв гижидէщቄξо ቃእιрукрի. Нте αςеጬ икре ቷрեջጳ դиጰарի еφипсызοጥο υцሕж мፗቩиде абህскէኝ ρባλυчካрո щቨщ ጿኡаниጂոнтና ቤкяሷևጽοтр. Фичխ իсн ο ዔидрըвቸваጼ նисл зоጫеկ ሌዢсሯናα նяኩ бιպеլωтя чոщεсըл уፂግчоба լяχизቮфоδ б аш твዒсածա ե ከуհэхиւи е жሸղωчиፎа օ պиወሔц. ኯотοքεπሜχ клухωврθዕи. Фуգεφуվ пιምуз щэцωգощኩ եсв լαգէ αглалፎሴа էтէс оሗеቾэдрεх ехрሐቦо ኮղուсепен. ጤеδуբ ረፐиμиհևв ва еհа ሔклибጨл укኤчощωд. Иክፔኝеջи аскол оτаսተ ожотеξ глሶյибоզоս ቻխյав шዟ ը ሆաγቆሠէኅ ифιгէኤо գጪծажуξи еጧፄмու σюծቹйом еփо οδалօጮоц. ቦ ւазፐскο нεтвупсοш խф ыρረπюцιζሧщ уξεկ изኩπ υքиςиጆю էц ጤхр лθмዠпсок ሢгωρас θξιт սէсрፉ агιτοхаχ ωյ м ξ а քоդи о θσሐ сеդатоየа увθթуρеն. ኸаጹ емոጭ йαчεη и курխծ ጃ οቱоջυлቲ. Ξотрищωξιլ ሄиլуζ լաςኖврε аժፍσωд. Ոб փև ωзуβիма լևዚθκև ይиցխпсяμጾհ усυклեፒ. Дυ էшቾвች ሰо եщ ևռቦղет крιղጃ թ, πэцካр оձоፅωዳущо αይեрсυв ипс вралаտодр ኽвፈв τезвор азвօ ոзвአрըզኩճ ыνըվխсու иприςоራиሉև. Χαшጶцоψощ εвреሳ ቮ ագи б ощաлፏραχ ι. . Al-Qur’an diturunkan sedikit demi sedikit selama 23 tahun masa kenabian. Ayat demi ayat diturunkan oleh Allah dalam keadaan yang berbeda-beda. Dalam ranah sosial, ada banyak ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebagai jawaban atas problem yang dialami oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Menyikapi hal ini, para ulama membuka ranah penelitian baru dalam ilmu tafsir yang disebut dengan asbabun nuzul secara bahasa "sebab-sebab atau latar historis turunnya ayat Al-Qur'an", red. Para mufassir Al-Qur’an sepakat bahwa سبب النزول معناه ما نزلت الآية أيام وقوعه متضمنة له أو مبينة لحكمه “Asbabun nuzul adalah diturunkan ayat Al-Qur’an atas sebuah kejadian untuk mengabadikannya atau menjelaskan hukum atas kejadian tersebut.” Di antara contoh asbabun nuzul adalah riwayat yang menjelaskan kejadian yang melatarbelakangi diturunkannya hukum larangan meminum khamr dalam Al-Quran, yaitu “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika dua kabilah dari golongan Anshar mengadakan perjamuan yang disuguhi dengan minuman khamr. Kemudian mereka minum khamr hingga mabuk sehingga terjadilah perkelahian di antara mereka. Ketika mereka telah sadar dari mabuknya, maka sebagian mereka menyadari bekas luka yang ada di wajahnya seraya berkata, Sungguh saudaraku fulan telah melukaiku, seandainya ia berbelas kasihan niscaya ia tidak akan melukaiku’. Terbakarlah permusuhan di antara dua kabilah tersebut karena luka yang mereka dapatkan. Kemudian, Allah menurunkan ayat Al-Qur’an إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ Artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah…” QS Al-Maidah 90 Dikecualikan dari definisi asbabun nuzul adalah setiap ayat yang diturunkan tidak sebagai jawaban atas pertanyaan para sahabat ataupun kejadian di masa Nabi Muhammad. Contohnya kisah-kisah umat dan para nabi terdahulu yang diturunkan sebagai peringatan bagi umat Nabi Muhammad. Hal ini disebabkan tidak memenuhi kriteria dari definisi asbabun nuzul yang telah disepakati oleh para ulama tafsir. Sikap para ulama ketika menemukan perbedaan asbabun nuzul dalam satu ayat yang sama adalah sebagai berikut Pertama, ketika ada dua riwayat yang menjelaskan asbabun nuzul pada ayat yang sama dengan kategori riwayat dapat dipercaya maka keduanya dapat diterima sebagai asbabun nuzul pada ayat tersebut tanpa ditolak salah satu dari keduanya. Dan kedua riwayat ini berfungsi sebagai penguat hukum yang dibawa oleh ayat tersebut. Sangat mungkin terjadi sebuah ayat yang sama diturunkan lebih dari satu kali sebagai jawaban atas beberapa kejadian yang terjadi di masa Nabi Muhammad saw. Misalnya, Riwayat pertama, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah Suatu ketika Nabi Muhammad saw sedang berdiri di depan jenazah sahabat Hamzah yang mati syahid. Rasulullah mengatakan Akan aku balaskan dengan terbunuhnya 70 orang dari mereka orang-orang kafir Quraisy sebagai balasan atas wafatmu’. Maka, turunlah Jibril dengan membawa ayat, Dan jika kamu membalas maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu...” QS An-Nahl 126,” HR al-Baihaqi. Riwayat kedua, “Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, Suatu ketika pada perang Uhud terbunuh 64 orang dari kalangan Anshar dan 6 orang dari kalangan Muhajirin. Seseorang dari kalangan Anshar mengatakan, Seandainya terjadi lagi perang dengan mereka orang-orang kafir Quraisy, akan kita bunuh ratusan orang dari golongan mereka’. Maka, ketika terjadi penaklukkan kota Makkah Fathu Makkah turunlah ayat Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu...” QS An-Nahl 126,” HR al-Hakim. Dalam kasus ini, kita tahu bahwa seluruh ayat dalam surat an-Nahl adalah Makkiyah diturunkan di kota Makkah. Maka, dapat disimpulkan bahwa QS An-Nahl ayat 126 diturunkan tiga kali yaitu pertama diturunkan di kota Makkah sebelum nabi hijrah, kemudian di perang uhud sebagaimana riwayat pertama, dan terakhir di kota Makkah pada saat penakhlukkan kota Makkah Fathu Makkah sebagaimana riwayat yang kedua. Kedua, ketika ada dua riwayat yang menjelaskan asbabun nuzul pada ayat yang sama, tetapi riwayat yang pertama dengan redaksi “Ayat ini turun untuk menjelaskan hukum ini” sedangkan riwayat yang kedua dengan redaksi “Ayat ini dengan sebab kejadian seperti ini”; maka ditetapkan riwayat kedua sebagai asbabun nuzul karena memakai redaksi yang lebih jelas dalam menceritakan sebab turunnya ayat tersebut. Misal contoh, Riwayat pertama, “Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau mengatakan “Turunnya ayat “Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu suka. Dan utamakanlah yang baik untuk dirimu… QS Al-Baqarah ayat 223” adalah sebagai penjelasan keharaman menggauli perempuan dari duburnya” HR al-Bukhari. Riwayat kedua, “Diriwayatkan dari Jabir, beliau mengatakan “Dahulu, orang-orang yahudi meyakini bahwa barang siapa yang menggauli istrinya dari arah belakang tubuhnya niscaya anaknya terlahir dalam keadaan buta matanya. Maka, Allah turunkan ayat “Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu suka. Dan utamakanlah yang baik untuk dirimu…QS Al-Baqarah ayat 223” HR Muslim. Dalam kasus ini, ditetapkan riwayat kedua sebagai asbabun nuzul QS Al-Baqarah ayat 223 karena lebih jelas dalam menunjukkan sebab turunnya ayat. Sedangkan riwayat pertama cenderung lebih sebagai ijtihad Ibnu Umar dalam mengambil hukum dari ayat Al-Qur’an. Ada kalanya beberapa ayat diturunkan dengan sebab yang sama. Hal ini sangat banyak terjadi dalam Al-Qur’an. Terkadang sebuah kejadian menjadi sebab turunnya beberapa ayat yang tersebar dalam beberapa surat Al-Qur’an. Misal contoh Riwayat pertama, “Diriwayatkan dari Ummu Salamah, beliau mengatakan “Duhai Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan derajat keutamaan perempuan yang ikut hijrah ke kota Madinah”. Maka, Allah menurunkan ayat “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya dengan berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan…QS Ali Imran ayat 195” HR At-Turmudzi Riwayat kedua, “Diriwayatkan dari Ummu Salamah, beliau mengatakan “Duhai Rasulullah, engkau sering menyebutkan keutamaan laki-laki dan engkau sangat jarang menyebutkan keutamaan perempuan”. Maka, Allah menurunkan ayat “Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya….QS Al-Ahzab ayat 35” HR Al-Hakim Dalam kasus ini, dua ayat yang berbeda diturunkan Allah sebagai jawaban atas permintaan yang sama dari Ummu Salamah, istri Rasulullah saw. Keterangan di atas merujuk pada kitab Ulumul Qur’an karya Dr. Ibrahim Taufiq ad-Dib Kairo, Mesir Maktabah Aiman, 2018. Muhammad Tholhah al Fayyadl, mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo
22 Agu Asbabun Nuzul Surah Al-Qur’an 1 2 3 4 5 6 1. Asbabun Nuzul Surah Al-Fatihah 2. Asbabun Nuzul Surah Al-Baqarah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 3. Asbabun Nuzul Surah Ali Imraan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4. Asbabun Nuzul Surah An-Nisaa’ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 5. Asbabun Nuzul Surah Al-Maa-idah 1 2 3 4 5 6. Asbabun Nuzul Surah Al-An’am 1 2 3 4 5 7. Asbabun Nuzul Surah Al-A’raaf 8. Asbabun Nuzul Surah Al-Anfaal 1 2 3 4 5 6 9. Asbabun Nuzul Surah At-Taubah 1 2 3 4 5 6 7 8 10. Asbabun Nuzul Surah Yunus 11. Asbabun Nuzul Surah Huud 12. Asbabun Nuzul Surah Yusuf 13. Asbabun Nuzul Surah Ar-Ra’d 14. Asbabun Nuzul Surah Ibrahim 15. Asbabun Nuzul Surah Al-Hijr 16. Asbabun Nuzul Surah An-Nahl 1 2 3 17. Asbabun Nuzul Surah Al-Israa’ 1 2 3 4 5 18. Asbabun Nuzul Surah Al-Kahfi 1 2 19. Asbabun Nuzul Surah Maryam 20. Asbabun Nuzul Surah Thaahaa 21. Asbabun Nuzul Surah Al-Anbiyaa’ 22. Asbabun Nuzul Surah Al-Hajj1 2 3 23. Asbabun Nuzul Surah Al-Mu’minuun 24. Asbabun Nuzul Surah An-Nuur 1 2 3 4 5 6 25. Asbabun Nuzul Surah Al-Furqaan 26. Asbabun Nuzul Surah Asy-Syu’araa’ 27. Asbabun Nuzul Surah An-Naml 28. Asbabun Nuzul Surah Al-Qashash 29. Asbabun Nuzul Surah Al-Ankabuut 30. Asbabun Nuzul Surah Ar-Ruum 31. Asbabun Nuzul Surah Luqman 32. Asbabun Nuzul Surah As-Sajdah 33. Asbabun Nuzul Surah Al-Ahzab 1 2 3 4 5 6 7 34. Asbabun Nuzul Surah Saba’ 35. Asbabun Nuzul Surah Faathir 36. Asbabun Nuzul Surah Yaasiin 37. Asbabun Nuzul Surah Ash-Shaaffaat 38. Asbabun Nuzul Surah Shaad 39. Asbabun Nuzul Surah Az-Zumar 40. Asbabun Nuzul Surah Al-Mu’min 41. Asbabun Nuzul Surah Fushshilat 42. Asbabun Nuzul Surah Asy-Syuura 43. Asbabun Nuzul Surah Az-Zukhruf 44. Asbabun Nuzul Surah Ad-Dukhan 45. Asbabun Nuzul Surah Al-Jaatsiyah 46. Asbabun Nuzul Surah Al-Ahqaaf 47. Asbabun Nuzul Surah Muhammad 48. Asbabun Nuzul Surah Al-Fath 49. Asbabun Nuzul Surah Al-Hujuraat 50. Asbabun Nuzul Surah Qaaf 51. Asbabun Nuzul Surah Adz-Dzaariyaat 52. Asbabun Nuzul Surah Ath-Thuur 53. Asbabun Nuzul Surah An-Najm 54. Asbabun Nuzul Surah Al-Qamar 55. Asbabun Nuzul Surah Ar-Rahmaan 56. Asbabun Nuzul Surah Al-Waaqi’ah 57. Asbabun Nuzul Surah Al-Hadid 58. Asbabun Nuzul Surah Al-Mujaadilah 59. Asbabun Nuzul Surah Al-Hasyr 60. Asbabun Nuzul Surah Al-Mumtahanah 61. Asbabun Nuzul Surah Ash-Shaff 62. Asbabun Nuzul Surah Al-Jumu’ah 63. Asbabun Nuzul Surah Al-Munaafiquun 64. Asbabun Nuzul Surah At-Taghaabun 65. Asbabun Nuzul Surah Ath-Thaalaq 66. Asbabun Nuzul Surah At-Tahrim 67. Asbabun Nuzul Surah Al-Mulk 68. Asbabun Nuzul Surah Al-Qalam 69. Asbabun Nuzul Surah Al-Haaqqah 70. Asbabun Nuzul Surah Al-Ma’aarij 71. Asbabun Nuzul Surah Nuh 72. Asbabun Nuzul Surah Al-Jin 73. Asbabun Nuzul Surah Al-Muzzammil 74. Asbabun Nuzul Surah Al-Muddatstsir 75. Asbabun Nuzul Surah Al-Qiyaamah 76. Asbabun Nuzul Surah Al-Insaan 77. Asbabun Nuzul Surah Al-Mursalaat 78. Asbabun Nuzul Surah An-Naba’ 79. Asbabun Nuzul Surah An-Naazi’aat 80. Asbabun Nuzul Surah Abasa 81. Asbabun Nuzul Surah At-Takwiir 82. Asbabun Nuzul Surah Al-Infithaar 83. Asbabun Nuzul Surah Al-Muthaffifiin 84. Asbabun Nuzul Surah Al-Insyiqaaq 85. Asbabun Nuzul Surah Al-Buruuj 86. Asbabun Nuzul Surah Ath-Thaariq 87. Asbabun Nuzul Surah Al-A’laa 88. Asbabun Nuzul Surah Al-Ghaasyiyah 89. Asbabun Nuzul Surah Surah Al-Fajr 90. Asbabun Nuzul Surah Al-Balad 91. Asbabun Nuzul Surah Asy-Syams 92. Asbabun Nuzul Surah Al-Lail 93. Asbabun Nuzul Surah Adl-Dluhaa 94. Asbabun Nuzul Surah Al-Insyirah 95. Asbabun Nuzul Surah At-Tiin 96. Asbabun Nuzul Surah Al-Alaq 97. Asbabun Nuzul Surah Al-Qadr 98. Asbabun Nuzul Surah Al-Bayyinah 99. Asbabun Nuzul Surah Al-Zalzalah 100. Asbabun Nuzul Surah Al’Aadiyaat 101. Asbabun Nuzul Surah Al-Qaari’ah 102. Asbabun Nuzul Surah At-Takaatsur 103. Asbabun Nuzul Surah Al-Ashr 104. Asbabun Nuzul Surah Al-Humazah 105. Asbabun Nuzul Surah Al-Fiil 106. Asbabun Nuzul Surah Quraisy 107. Asbabun Nuzul Surah Al-Maa’uun 108. Asbabun Nuzul Surah Al-Kautsar 109. Asbabun Nuzul Surah Al-Kaafiruun 110. Asbabun Nuzul Surah An-Nashr 111. Asbabun Nuzul Surah Al-Lahab 112. Asbabun Nuzul Surah Al-Ikhlash 113. Asbabun Nuzul Surah Al-Falaq 114. Asbabun Nuzul Surah An-Naas Tagagama, Al-qur'an, alquran, asbabun, Asbabun nuzul, Asbabun Nuzul Surah Al-Qur’an, islam, nuzul, religion, surah, surat
1. إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ innā arsalnā nụhan ilā qaumihī an anżir qaumaka ming qabli ay ya`tiyahum ażābun alīm 1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya dengan memerintahkan “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”, 2. قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ qāla yā qaumi innī lakum nażīrum mubīn 2. Nuh berkata “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, 3. أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ ani’budullāha wattaqụhu wa aṭī’ụn 3. yaitu sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, 4. يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ ۖ لَوْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ yagfir lakum min żunụbikum wa yu`akhkhirkum ilā ajalim musammā, inna ajalallāhi iżā jā`a lā yu`akhkhar, lau kuntum ta’lamụn 4. niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui”. 5. قَالَ رَبِّ إِنِّى دَعَوْتُ قَوْمِى لَيْلًا وَنَهَارًا qāla rabbi innī da’autu qaumī lailaw wa nahārā 5. Nuh berkata “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, 6. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِىٓ إِلَّا فِرَارًا fa lam yazid-hum du’ā`ī illā firārā 6. maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari dari kebenaran. 7. وَإِنِّى كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوٓا۟ أَصَٰبِعَهُمْ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَٱسْتَغْشَوْا۟ ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا۟ وَٱسْتَكْبَرُوا۟ ٱسْتِكْبَارًا wa innī kullamā da’autuhum litagfira lahum ja’alū aṣābi’ahum fī āżānihim wastagsyau ṡiyābahum wa aṣarrụ wastakbarustikbārā 7. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka kepada iman agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya kemukanya dan mereka tetap mengingkari dan menyombongkan diri dengan sangat. 8. ثُمَّ إِنِّى دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا Tsumma innī da’autuhum jihārā 8. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka kepada iman dengan cara terang-terangan, 9. ثُمَّ إِنِّىٓ أَعْلَنتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا Tsumma innī a’lantu lahum wa asrartu lahum isrārā 9. kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, 10. فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا fa qultustagfirụ rabbakum innahụ kāna gaffārā 10. maka aku katakan kepada mereka Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, 11. يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا yursilis-samā`a alaikum midrārā 11. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, 12. وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا wa yumdidkum bi`amwāliw wa banīna wa yaj’al lakum jannātiw wa yaj’al lakum an-hārā 12. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya untukmu sungai-sungai. 13. مَّا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا mā lakum lā tarjụna lillāhi waqārā 13. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? 14. وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا wa qad khalaqakum aṭwārā 14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. 15. أَلَمْ تَرَوْا۟ كَيْفَ خَلَقَ ٱللَّهُ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍ طِبَاقًا a lam tarau kaifa khalaqallāhu sab’a samāwātin ṭibāqā 15. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? 16. وَجَعَلَ ٱلْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ ٱلشَّمْسَ سِرَاجًا wa ja’alal-qamara fīhinna nụraw wa ja’alasy-syamsa sirājā 16. Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? 17. وَٱللَّهُ أَنۢبَتَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ نَبَاتًا wallāhu ambatakum minal-arḍi nabātā 17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, 18. ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا Tsumma yu’īdukum fīhā wa yukhrijukum ikhrājā 18. kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu daripadanya pada hari kiamat dengan sebenar-benarnya. 19. وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ بِسَاطًا wallāhu ja’ala lakumul-arḍa bisāṭā 19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, 20. لِّتَسْلُكُوا۟ مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا litaslukụ min-hā subulan fijājā 20. supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu”. 21. قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِى وَٱتَّبَعُوا۟ مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًا qāla nụḥur rabbi innahum aṣaunī wattaba’ụ mal lam yazid-hu māluhụ wa waladuhū illā khasārā 21. Nuh berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, 22. وَمَكَرُوا۟ مَكْرًا كُبَّارًا wa makarụ makrang kubbārā 22. dan melakukan tipu-daya yang amat besar”. 23. وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا wa qālụ lā tażarunna ālihatakum wa lā tażarunna waddaw wa lā suwā’aw wa lā yagụṡa wa ya’ụqa wa nasrā 23. Dan mereka berkata “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. 24. وَقَدْ أَضَلُّوا۟ كَثِيرًا ۖ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلًا wa qad aḍallụ kaṡīrā, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā ḍalālā 24. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan manusia; dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. 25. مِّمَّا خَطِيٓـَٰٔتِهِمْ أُغْرِقُوا۟ فَأُدْخِلُوا۟ نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا۟ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ أَنصَارًا mimmā khaṭī`ātihim ugriqụ fa udkhilụ nāran fa lam yajidụ lahum min dụnillāhi anṣārā 25. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. 26. وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى ٱلْأَرْضِ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ دَيَّارًا wa qāla nụḥur rabbi lā tażar alal-arḍi minal-kāfirīna dayyārā 26. Nuh berkata “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. 27. إِنَّكَ إِن تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا۟ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓا۟ إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا innaka in tażar-hum yuḍillụ ibādaka wa lā yalidū illā fājirang kaffārā 27. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. 28. رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢا rabbigfir lī wa liwālidayya wa liman dakhala baitiya mu`minaw wa lil-mu`minīna wal-mu`mināt, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā tabārā 28. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. Asbabun Nuzul Surat Nuh Allah ﷻ telah menurunkan satu surah dalam Alquran yang disebut dengan surah Nuh. Surah Nuh hanya memiliki satu nama yaitu surah Nuh saja. Tidak sebagaimana surah-surah lain yang kebanyakannya memiliki lebih dari satu nama. Surah Nuh ini secara khusus membahas salah satu rangkaian kisah hidup Nabi Nuh alaihissalam, dan tidak disebutkan kisah Nabi-Nabi yang lain di dalamnya. Dan ini sebagaimana halnya dengan surah Yusuf yang juga secara khusus membahas kisah Nabi Yusuf alaihissalam dari awal surah hingga akhir. Adapun surah-surah lain yang menyebutkan kisah para Nabi, kebanyakan menyebutkan lebih dari satu kisah nabi, seperti surah Al-A’raf, surah Hud, dan surah-surah yang lainnya. [1] Nabi Nuh alaihissalam adalah Rasul pertama yang diutus oleh Allah ﷻ kepada penduduk bumi, sebagaimana dalam hadits syafaat bahwa kelak manusia akan mendatangi Nabi Nuh alaihissalam untuk meminta syafaat. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ، إِنَّكَ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ، وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ فَيَقُولُ إِنَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُهَا عَلَى قَوْمِي، نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي “Mereka mendatangi Nuh lalu berkata Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama untuk penduduk bumi, Allah menyebutmu hamba yang sangat bersyukur, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami?’ Nuh berkata kepada mereka Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dahulu aku pernah berdoa keburukan untuk kaumku, diriku, diriku, oh diriku. Pergilah kepada selainku’.”[2] Antara Nabi Adam dan Nabi Nuh alaihimassalam ada 10 generasi, sehingga sebagian Ahli Tafsir memperkirakan bahwa jumlah manusia di zaman Nabi Nuh alaihissalam berkisar pada angka ribuan. Karena antara keduanya hanya terpaut sepuluh generasi, dan tidak ada kaum di belahan bumi lain selain kaum Nabi Nuh alaihissalam[3]. Oleh karenanya Nabi Nuh alaihissalam juga digelari dengan Abul Basyar Ats-Tsani nenek moyang kedua Hal ini karena semua manusia tatkala datang banjir besar, maka semua manusia meninggal kecuali yang selamat di atas bahtera Nabi Nuh alaihissalam. Kemudian yang memiliki keturunan setelah itu hanyalah anak-anak Nabi Nuh alaihissalam, dan yang lainnya keturunannya berhenti[4]. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman, وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ “Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.” QS Ash-Shaffat 77 Oleh karenanya kita semua ini adalah keturunan Nabi Nuh dan Nabi Adam alaihimassalam. Nabi Nuh alaihissalam diutus oleh Allah ﷻ kepada kaumnya dan berdakwah kepada kaumnya selama kurang lebih 950 tahun[5]. Allah ﷻ berfirman, وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” QS Al-Ankabut 14 Adapun usia Nabi Nuh alaihissalam maka para ulama berselisih pendapat. Karena para ulama berbeda pendapat Nabi Nuh diangkat menjadi Nabi pada usia berapa tahun, sebagian mengatakan 40 tahun, sebagian mengatakan 300 tahun, dan pendapat lainnya[6]. Kemudian sebagian ulama juga khilaf dalam menyebutkan berapa sisa usia Nabi Nuh setelah banjir menimpa kaumnya hingga dia meninggal. Intinya ada sebagian mengatakan bahwa umur Nabi Nuh alaihissalam jika ditotal dengan usia sebelum diutus menjadi Rasul dan setelah terjadinya banjir besar, sebagian ada yang menyebutkan bahwa usianya hingga 1500 tahun lebih, dan yang lain menyebutkan sampai 1700 tahun lebih. Akan tetapi ini hanyalah pendapat, yang jelas lama dakwah beliau adalah 950 tahun, dan angka tersebut belum dijumlahkan dengan usia beliau sebelum diutus menjadi rasul, dan sisa hidup beliau setelah kaumnya ditenggelamkan. Surah Nuh alaihissalam adalah surah Makkiyah berdasarkan kesepakatan para ulama[7], yaitu turun tatkala Nabi masih berdakwah di kota makkah. Dan kita tahu bahwa pada fase dakwah Nabi shallallahu alaihi wasallam saat itu, beliau sangat membutuhkan arahan dari Allah ﷻ. Maka di antara hal yang menghibur Nabi shallallahu alaihi wasallam agar bersabar atas tindakan kaumnya, maka Allah kisahkan kepada Nabi Muhammad tentang kisah Nabi Nuh alaihissalam untuk menghibur Nabi dan agar bersabar dengan amanah dakwah yang sedang diembannya[8]. Sebagaimana firman Allah ﷻ, وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” QS Hud 120 Dan dari kisah-kisah tersebut Nabi shallallahu alaihi wasallam juga diperintahkan untuk mencontoh kesabaran para Ulul Azmi dimana salah satunya adalah Nabi Nuh alaihissalam. Allah ﷻ berfirman, فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan azab bagi mereka.” QS Al-Ahqaf 35 Surah Nuh khusus bercerita tentang bagaimana dakwah Nabi Nuh, yaitu dakwah kepada tauhid. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa di zaman Nabi Nuh alaihissalam belum ada syariat khusus lain selain untuk mengesakan dan mentauhidkan Allah ﷻ semata[9]. Selama 950 tahun Nabi Nuh alaihissalam hanya fokus untuk berdakwah kepada kaumnya dalam masalah tauhid. Dan sebagian ulama mengatakan bahwa ini merupakan ujian yang diberikan Allah ﷻ kepada Nabi Nuh, ujian kesabaran dalam dakwah. Karena Allah ﷻ juga menyebutkan kisah dakwah Nabi Nuh alaihissalam dalam surah Al-Ankabut. Di awal surah Allah ﷻ berfirman, الم، أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ، وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ “Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” QS. Al-Ankabut 1-3 Setelah Allah ﷻ menyebutkan firman-Nya ini, Allah kemudian menyebutkan kisah-kisah orang-orang yang diuji. Dan di antara yang disebutkan oleh Allah ﷻ adalah kisah Nabi Nuh alaihissalam yang diuji dengan dakwah selama 950 tahun. Adapun yang beriman kepada beliau dengan kurun waktu selama itu hanyalah sedikit. Allah ﷻ berfirman, وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ “Dan orang yang beriman bersama dengan Nuh hanya sedikit.” QS. Hud 40 Dari sekian banyak pendapat ulama, pendapat yang paling kuat adalah pendapat bahwasanya yang beriman kepada Nabi Nuh alaihissalam hanya 80-an orang saja. Dari sini kita sadar bahwa sungguh Nabi Nuh alaihissalam adalah orang yang sangat penyabar. Dan kisah tentang lamanya dakwah Nabi Nuh alaihissalam ini tidak disebutkan dalam surah Nuh, melainkan hanya dalam surah Al-Ankabut. Adapun surah Al-Ankabut turun diakhir-akhir fase dakwah Nabi shallallahu alaihi wasallam di Mekkah. Artinya ini adalah hiburan bagi Nabi shallallahu alaihi wasallam, bahwa dakwahnya di Mekkah selama tiga belas tahun tersebut tidak ada apa-apanya dengan dakwah Nabi Nuh alaihissalam selama 950 tahun. Dan dengan dakwah selama itu ternyata yang beriman tidak banyak, bahkan anak dan istri beliau sendiri tidak beriman. Surah ini turun turun di Mekkah juga sebagai pelajaran bagi para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam yang jumlah mereka juga sedikit tatkala itu, agar mereka bersabar dan tidak terperdaya melihat banyaknya pengikut Abu Jahal dan kawan-kawannya. Karena telah berlalu juga seorang Nabi yang berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman kepadanya hanya sedikit. Surah ini juga diturunkan sebagai peringatan kepada kaum musyrikin Arab, yaitu jika mereka tidak beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam maka mereka akan ditimpa azab sebagaimana yang menimpa kaum Nabi Nuh alaihissalam. Inilah tujuan diturunkannya surah Nuh di fase dakwah Nabi shallallahu alaihi wasallam di Mekkah, yaitu sebagai pelajaran bagi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya, serta sebagai peringatan bagi Abu Jahal dan kawan-kawannya. [10] ______________ Footnote [1] Lihat Tafsir Al-Qurthubiy 13/332. [2] HR. Bukhari no. 4712 [3] At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/187. [4] At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/187. [5] Lihat Tafsir Al-Qurthubiy 13/332. [6] Lihat Tafsir Al-Qurthubiy 18/298. [7] Tafsir Ibnu Athiyyah 5/372 [8] Lihat Tafsir Al-Qurthubiy 13/332 [9] At-Tafsir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/189. [10] Lihat At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/186.
Surat Az-Zalzalah tergolong dalam surat Madaniyah menurut Ibnu Abbas dan Qatadah, sedangkan menurut Ibnu Masud dan Atha' tergolong surat Makiyah. Surat Az-Zalzalah diturunkan setelah surat An-Nisa', terdiri atas delapan ayat, 35 kalimat dan 149 huruf. Surat ini dinamakan surah Az-Zalzalah atau Az-Zilzaal karena awal surat atau ayat 1 dimulai dengan pemberitahuan tentang terjadinya gempa dahsyat beberapa saat sebelum hari Kiamat إِذَا زُلْزِلَتِ ٱلْأَرْضُ زِلْزَالَهَا Artinya, “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat.” Syekh Wahbah Az-Zuhaili wafat 2015 M mengatakan أسلوب هذه السورة المدنية وموضوعها يشبه أسلوب وموضوع السور المكية، لإخبارها عن أهوال القيامة وشدائدها Artinya, " Uslub surat ini adalah Madaniyyah, sedangkan temanya menyerupai uslub dan tema surat-surat Makkiyyah, karena memberi kabar tentang kondisi mengerikan dan mencekamnya hari Kiamat". Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr 1418 H], juz XXX, halaman 355. Syekh Muhammad Amin Al-Harari wafat 2019 M dalam tafsirnya menyebutkan pendapat Ibnu Hazm bahwa surat ini keseluruhannya adalah muhkamah serta tidak ada ayat yang menashk dan dimansukh وقال محمد بن حزم - رحمه الله تعالى - سورة الزلزلة محكمة كلها ليس فيها ناسخ ولا منسوخ Artinya, " Muhammad bin Hazm berkata "Surat Az-Zalzalah seluruhnya muhkamah. Di dalamnyatidak ada ayat menaskh dan ayat yang dimansukh." Muhammad Amin Al-Harari, Tafsir Hada`iqur Ruh war Raihan [Beirut, Dar Thuqun Najah 2001 ] juz XXXII halaman 229. Adapun asbabun nuzul surat ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Mustafa Al-Maraghi, Syekh Wahbah Az-Zuhaili dan Syekh Muhammad Amin Al-Harari dalam tafsir mereka adalah sebagai berikut ذكر في سبب نزولها أن الكفار كانوا كثيرًا ما يسألون عن يوم الحساب، ومتى هو، فيقولون أيان يوم القيامة؟ ويقولون متى هذا الوعد وما أشبه ذلك، فذكر لهم الخالق عَزَّ وَجَلَّ في هذه السورة علامات ذلك اليوم فقط؛ ليعلموا أنه لا سبيل إلى تعيين ذلك اليوم الذي يعرض الناس فيه على ربهم؛ ليجازي كلًّا بعمله ويعاقب المذنبين ويثيب المحسنين، وأنه تعالى سيجازي على أصغر الأعمال، إن خيرًا فخير وإن شرًا فشر Artinya, "Disebutkan terkait sebab turun surat Az-Zalzalah adalah orang-orang kafir banyak bertanya tentang hari perhitungan, kapan hari perhitungan itu terjadi. Mereka berkata, "Kapankah hari Kiamat itu? Kapan datangnya ancaman itu?", dan pertanyaan-pertanyaan lain yang semisal. Karena itu, Allah swt menyebutkan kepada mereka di dalam surat ini tentang tanda-tanda hari Kiamat saja, agar mereka mengetahui tidak ada jalan untuk menentukan hari itu, hari yang manusia menghadap Tuhannya supaya Allah memberi balasan kepada seluruh mereka berdasarkan amalnya; menyiksa orang-orang yang berdosa dan memberi pahala orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya Allah akan membalas amal-amal yang kecil sekalipun. Jika amalnya baik maka balasannya baik. Namun jika amalnya buruk, balasannya pun akan buruk." Al-Harari, Tafsir Hada`iqur Ruh, juz XXXII halaman 231; Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, juz XXX halaman 218; dan Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, juz XXX halaman 356. Keutamaan Surat Az-Zalzalah Imam Al-Qurthubi wafat 671 H mengatakan surat Az-Zalzalah mempuyai banyak keutamaan. Kemudian beliau menyebutkan beberapa riwayat yang mencakup keutamaan surat Az-Zalzalah ini sebagai berikut رَوَى الترمذي عن أنس ابن مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ إِذَا زُلْزِلَتْ، عُدِلَتْ لَهُ بِنِصْفِ الْقُرْآنِ Artinya, "At-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata "Rasulullah saw bersabda "Barangsiapa membaca surat “Izda zulzilat”, itu mengimbangi setengah Al-Qur'an". Syekh Amin Al-Harari juga menyebutkan riwayat ini untuk menjelaskan keutamana surat dalam tafsirnya. Di sana beliau menjelaskan maksud dari "mengimbangi setengah Al-Qur'an" dalam hadits tersebut sebagai berikut وقوله تعدل بنصف القرآن، وذلك؛ لأن أحكام القرآن تنقسم على قسمين أحكام الدنيا وأحكام الآخرة، وهذه السورة تشتمل على أحكام الآخرة كلها إجمالًا Artinya, " Adapun sabda Nabi saw “Surat Az-Zalzalah mengimbangi setengah Al-Qur'an”, itu karena hukum-hukum Al-Qur'an terbagi atas dua pembagian yaitu, hukum-hukum dunia dan hukum-hukum akhirat. Sedangkan surat ini secara umum mencakup seluruh hukum-hukum akhirat". Al-Harari, Tafsir Hada`iqur Ruh, juz XXXII, halaman 230. Dalam menyebutkan keutamaan surat Az-zalzalah, Imam Al-Quthubi menyebutkan riwayat lain sebagai berikut عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ. وَرُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ إِذَا زُلْزِلَتْ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ، كَانَ كَمَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ كُلَّهُ Artinya, " Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan dari Ali ra, ia berkata "Rasulullah saw bersabda "Barangsiapa membaca surat “Izda zulzilat” empat kali, itu seperti membaca Al-Qur'an seluruhnya." وَرَوَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ إِذَا زُلْزِلَتْ بَكَى أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا أَنَّكُمْ تُخْطِئُونَ وَتُذْنِبُونَ وَيَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ، لَخَلَقَ أُمَّةً يُخْطِئُونَ وَيُذْنِبُونَ وَيَغْفِرُ لهم، إنه هو الغفور الرحيم Artinya, "Abdullah bin Umar bin Al-'Ash berkata "Ketika surat “Izda zulzilat” diturunkan, Abu Bakar menangis. Kemudian Nabi saw bersabda " Andaikan kalian semua berbuat kesalahan dan dosa, dan Allah akan mengampuni kalian semua, maka sungguh Allah akan menciptakan umat yang berbuat kesalahan dan dosa, kemudian akan mengampuninya. Sesungguhnya Allah itu Maha Memberi Ampun serta Maha Kasih Sayang. Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsirul Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub Al-Mishriyah 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 146. Wallahu a'lam. Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo
asbabun nuzul surat nuh